Pak boleh bilang gak kalau saat ini mantu mbarep mu ini kangen sosokmu, jangan sangka karena aku hanya sebagai menantu aku tidak merasakan rasa sedih itu pak, aku merasakan rasa sedih dan juga kehilangan akan sosokmu.
Sejak detik pertama kami kehilangan mu hingga hari ini hari ke 20 bapak berpulang aku masih bertanya dalam hati, kenapa harus bapak? kenapa begitu cepat pak? Mantumu ini bukannya tidak beriman pak, ia sadar ini adalah yang terbaik bagimu hanya saja semua ini terjadi terlalu cepat.
Pak kita masih punya rencana untuk motoran bersama bapak dengan si putih kesayanganmu dan aku dengan si hitam mudik ke Lakbok, kita masih ada rencana untuk mengganggu bulan madu anak ragilmu itu tetapi terpaksa tertunda karena ternyata sebelum bulan madu dilaksanakan anak sulung telah berhasil membuatkan cucu untukmu , ah pak bahkan kamu belum sempat melihat cucumu .
Sejak pertama kali bapak pergi aku ingin berada disamping bapak, tetapi aku harus menyiapkan pemakaman terbaik untukmu, karena anak-anakmu terlalu syok dengan kepergian mu, bukan hanya mereka tetapi semua, dan menyiapkan serta mengurusi pemakaman mu adalah pengabdian ku yang pertama dan terakhir untukmu pak sebagai menantu mbarep.
Pak mantu mbarep mu ini cuma mau bilang, terima kasih selama 10 bulan ini bapak memperlakukan aku selayaknya anak bapak, dari yang awalnya grogi dan kaku tidak tau bagaimana harus bersikap pada seorang bapak sampai akhirnya memberanikan diri untuk ngobrol bercanda dan bersikap layaknya teman dan sahabat. Terima kasih sudah memberikan perhatian pada mantu mbarep mu ini. Terima kasih sudah mengizinkan aku untuk menjadi anakmu, mengizinkan aku merasakan bagaimana sosok seorang bapak terhadap keluarganya yang selama 25 tahun kehidupanku tidak pernah aku rasakan. Terimakasih walau hanya sebentar tapi aku merasakan sosok dan juga peranmu tidak seperti bapak yang lainnya yang hanya ada sosok tetapi tidak ada perannya.
Komentar
Posting Komentar