Langsung ke konten utama

Interaksi Obat & Makanan


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas :

“ Farmakologi dan Imunologi Gizi“

Dosen Pengampu : . dr. Fitri Indah Setiyawati, M.Sc dan tim


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Hubungan dan interaksi antara makanan, nutrien yang terkandung dalam makanan dan obat saling mendukung dalam pelayanan kesehatan dan dunia medis. Makanan dan nutrien spesifik dalam makanan, jika dicerna bersama dengan beberapa obat, pasti dapat mempengaruhi seluruh ketersediaan hayati, farmakokinetik, farmakodinamik dan efek terapi dalam pengobatan. Makanan dapat mempengaruhi absorbsi obat sebagai hasil dari pengubahan dalam saluran gastrointestinal atau interaksi fisika atau kimia antara partikel komponen makanan dan molekul obat. Pengaruh tergantung pada tipe dan tingkat interaksi sehingga absorbsi obat dapat berkurang, tertunda, tidak terpengaruh atau meningkat oleh
makanan yang masuk.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka makalah ini akan menitikberatkan pada
1.  1. Mengetahui interaksi obat dan makanan berdasarkan fase farmasetis,fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik
2. Mengetahui interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan nafsu makan, mengganggu                  pengecapan, mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan, dan mempengaruhi absorbsi, metabolisme dan eksresi zat gizi.
3. Mengetahui interaksi obat dengan mikronutrien

1.3 TUJUAN
Adapun yang mendasari atau tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain
1.  1. Untuk mengetahui interaksi obat dan makanan yang terjadi berdasar pada fase farmasetis, fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik
2.  2. Untuk mengetahui interaksi obat yang dapat menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan, mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan, dan mempengaruhi absorbs, metabolism dan eksresi zat gizi
3.      3. Untuk mengetahui interaksi obat dengan mikronutrien

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Interaksi obat
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah antara satu obat dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus.
      Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eksresi (ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat- sifat farmakodinamik obat tersebut, missal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan agonis untuk resptor yang sama

Pemberian obat-obatan merupakan bagian dari terapi medis terhadap pasien. Ketika dikonsumsi, obat dapat mempengaruhi status gizi seseorang dengan mempengaruhi makanan yang masuk (drug-food interaction). Hal sebaliknya juga dapat terjadi, makanan yang masuk juga dapat mempengaruhi kerja beberapa obat-obatan (food-drug interaction).

2.1  interaksi obat dan makanan
*  fase farmasetis
Fase farmasetis merupakan fase awal dari hancur dan terdisolusinya obat. Beberapa makanan dan nutrisi mempengaruhi hancur dan larutnya
obat
. maka dari itu, keasaman makanan dapat mengubah efektifitas dan
solubilitas obat-obat tertentu. Salah satu obat yang dipengaruhi pH
lambung adalah saquinavir, inhibitor protease pada perawatan HIV.
Ketersediaan hayatinya meningkat akibat solubilisasi yang diinduksi oleh
perubahan pH lambung. Makanan dapat meningkatkan pH lambung, disisi
lain juga dapat mencegah disolusi beberapa obat seperti isoniazid (INH).
*      Fase farmakokinetik
Fase farmakokinetik adalah absorbsi, transport, distribusi, metabolisme dan
ekskresi obat.
Interaksi obat dan makanan paling signifikan terlibat dalam proses
absorbsi. Usus halus, organ penyerapan primer, berperan penting dalam
absorbsi obat. Fungsi usus halus seperti motilitas atau afinitas obat untuk
menahan sistem karier usus halus, dapat mempengaruhi kecepatan dan
tingkat absorbsi obat. Makanan dan nutrien dalam makanan dapat
meningkatkan atau menurunkan absorbsi obat dan mengubah ketersediaan hayati obat. 
Tabel 1: contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan interaksi obat (Lihat pada lampiran)

Tabel 2: contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbs obat (Lihat pada lampiran)

Tabel 3:
Makanan yang mempengaruhi tingkat ionisasi dan solubilitas atau reaksi pembentukan khelat, dapat mengubah absorbsi obat secara signifikan. Misalnya pada reaksi pembentukan khelat pada :
a.       kombinasi tetracyclin dengan mineral divalen seperti Ca dalam susu atau antasida. Kalsium akan mempengaruhi absorbsi dari quinolon.
b.      Reaksi antara besi (ferro atau ferri) dengan tetracyclin, antibiotik fluoroquinolon, ciprofloxacin, ofloxacin, lomeflox dan enoxacin. Maka dari itu, ketersediaan hayati ciprofloxacin dan ofloxacin turun masing-masing 52 dan 64 % akibat adanya besi.
c.       Zink dan fluoroquinolon akan menghasilkan senyawa inaktif sehingga menurunkan absorbsi obat (b). 

Kecepatan pengosongan lambung secara signifikan mempengaruhi komposisi makanan yang dicerna. Kecepatan pengosongan lambung ini dapat mengubah ketersediaan hayati obat. Makanan yang mengandung serat dan lemak tinggi diketahui secara normal menunda waktu pengosongan lambung. Beberapa obat seperti nitrofurantoin dan hidralazin lebih baik diserap saat pengosongan lambung tertunda karena tekanan pH rendah di lambung. Obat lain seperti L-dopa, Penicillin G dan digoxin, mengalami degradasi dan menjadi inaktif saat tertekan oleh pH rendah di lambung dalam waktu lama. Obat dieliminasi dari tubuh tanpa diubah atau sebagai metabolit primer oleh ginjal, paru-paru, atau saluran gastrointestinal melalui empedu. Ekskresi obat juga dapat dipengaruhi oleh diet nutrien seperti protein dan serat, atau nutrien yang mempengaruhi pH 
urin. 

*      Fase farmakodinamik
Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan psikologis terhadap obat.
Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau antagonis, yang
mana akan meningkatkan atau menghambat metabolisme normal dan fungsi fisiologis dalam tubuh manusia. Obat dapat memproduksi efek yang diinginkan dan tidak diinginkan. Aspirin dapat menyebabkan defisiensi folat jika diberikan dalam jangka waktu lama. Methotrexat memiliki struktur yang mirip dengan folat
vitamin B, hal ini dapat memperparah defisiensi folat.
tabel 4: beberapa interaksi penting antara obat dan makanan (Lihat pada lampiran)

Penelanan tablet dengan air yang cukup atau cairan lain penting untuk beberapa obat karena jika ditelan tablet tersebut cenderung merusak saluran oesophagus. Petunjuk pada pasien untuk mencegah iritasi dan atau ulcer pada oesophagus, tablet atau kapsul obat harus ditelan dengan segelas air oleh pasien dengan posisi berdiri, misalnya untuk obat obat seperti analgesik (contohnya aspirin), NSAID (contohnya Phenylbutazone, oxyphenbutazone, indometacin), kloralhidrat, emepromium bromida, kalium klorida, tetracyclin (terutama Doxycyclin).

Obat diminum dengan atau tanpa makanan. Interaksi obat-makanan dalam saluran gastrointestinal dapat bermacam- macam dan banyak alasan mengapa makanan dapat berpengaruh pada efek obat. Contohnya obat mungkin terikat pada komponen makanan; makanan akan mempengaruhi waktu transit obat pada usus; obat dapat mengubah first-pass metabolism obat dalam usus dan dalam hati; dan makanan dapat meningkatkan aliran empedu yang mampu meningkatkan absorbsi beberapa obat yang larut lemak.

Petunjuk pada pasien untuk mencegah interaksi tersebut adalah dengan meminum obat dengan segelas air pada saat perut kosong, misalnya seperti pada obat- obat sefalosporin (kecuali sefradin), dipyridamol, erythromycin, Isoniazid (INH), lincomycin, penicillamin, pentaerithritel tetranitrat, rifampicin, penisilin oral dan tetracyclin. Absorbsi semua penisilin oral optimal jika diminum pada saat perut kosong dengan segelas air. Pivampicillin harus diminum bersama makanan karena dapat mengiritasi lambung atau perut. Tetracyclin kadang kala menyebabkan mual dan muntah jika diminum pada saat perut kosong. Meskipun makanan mengurangi absorbsi tetracyclin tetapi tidak terjadi pada doxycyclin dan minocyclin.

Adanya makanan juga dapat meningkatkan perubahan bentuk profil serum obat tanpa mengubah ketersediaan hayati obat. Hal ini terlihat pada studi sefradin, makanan tidak memiliki efek signifikan terhadap ekskresi urin antibiotik tetapi pada nilai t-max. Beberapa obat yang diminum bersama susu atau makanan berlemak antara lain alafosfalin, griseofulvin dan vitamin D. Sedangkan obat yang tidak boleh diminum bersama susu antara lain bisacodyl (dulcolax), garam besi, tetracyclin (kecuali doxycyclin dan minocyclin).

Tabel 5: beberapa obat yang diminum bersama makanan (lihat pada lampiran)

 2.3 interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan dan mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan.


*      Obat dan penurunan nafsu makan
Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi nafsu makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan anorexia. Efek samping obat yang berdampak pada gangguan CNS dapat mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk makan. Obat-obatan penekan nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan ketidakseimbangan nutrisi.
*      Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman
Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan merasakan/ dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa/ hypodysgeusia atau membaui. Gejala-gejala tersebut dapat mempengaruhi intake makanan. Obat-obatan yang umum digunakan dan diketahui menyabapkan hypodysgeusia seperti: obat antihipertensi (captopril), antriretroviral ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan antikonvulsan phenytoin.
*      Obat dan gangguan gastrointestinal
Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini dapat berdampak pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan narkosis seperti kodein dan morfin dapat menurunkan produktivitas tonus otot halus dari dinding usus. Hal ini berdampak pada penurunan peristaltik yang menyebabkan terjadinya konstipasi.
*      Absorbsi
Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi adalah obat-obatan yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus. Antineoplastik, antiretroviral, NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui memiliki efek tersebut. Mekanisme penghambatan absorbsi tersebut meliputi: pengikatan antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding) contohnya Fe, Mg, Zn, dapat berikatan dengan beberapa jenis antibiotik;  mengubah keasaman lambung seperti pada antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu penyerapan B12, folat dan besi; serta dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme atau perpindahan saat masuk ke dinding usus.
*      Metabolisme
Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus dan hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang dibutuhkan untuk memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan metotrexate pada pengobatan kanker menggunakan enzim yang sama yang dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek samping dari penggunaan obat ini adalah defisiensi asam folat
*      Ekskresi
Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan  mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan  menyebabkan diare atau muntah
2.4  interaksi obat dengan mikronutrien 
Kadar serum dari elektrolit, mikromineral dan vitamin bisa berubah oleh obat-obat tertentu dan dokter harus mewaspadai hal ini bila ada kelainan.
Lampiran 1 Obat yang Menyebabkan Kelainan mikronutrien (Lihat pada lampiran)
Tabel 6:  Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis (Lihat pada lampiran)

Inkompatibilitas obat IV. Ada obat injeksi yang tidak kompatibel dengan kandungan larutan infus. Contoh khas adalah natrium bikarbonat dengan Ringer laktat atau Ringer asetat.

Untuk mencegah inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimana obat bisa berinteraksi di dalam atau di luar tubuh. Jika anda harus mencampur suatu obat, selalu ikuti petunjuk pabrik seperti volume dan jenis diluen yang tepat; mana larutan yang bisa ditambahkan ke pemberian “piggy back”; dan larutan “bilas” apa yang harus digunakan di antara pemberian suatu produk dan produk lain untuk menghindari kejadian-kejadian, seperti pengendapan di dalam selang infus (sebagai contoh, jangan pernah memberikan fenitoin ke dalam infus jaga yang mengandung dekstrosa, atau jangan campur amphotericin B dengan normal saline). Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya elektrolit (misal. kalium klorida) yang dicampur ke infus kontinyu, misal pada sistem piggyback. Jika ingin mencampur obat dalam spuit untuk pemberian bolus, pastikan obat-obat ini kompatibel di dalam spuit. Jika tidak mendapat informasi dari referensi obat, kontak apoteker. Umumnya apoteker memiliki akses untuk informasi kompatibilitas ini.More.
Waspada dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila berkontak dengan obat lain. Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin (Dilantin), heparin, midazolam (Versed), dan diazepam (Valium) bila digunakan dalam campuran IV.
Kekurangan-kekurangan PVC (polivinilklorida). Di samping kompatibilitas obat-obat IV, klinisi perlu mengetahui bahwa beberapa masalah bisa timbul bila menggunakan PVC sebagai wadah untuk larutan infus. Plasticized polyvinyl Klorida (PVC) merupakan bahan polimer yang digunakan secara luas di bidang kedokteran dan yang terkait. Di bidang kedokteran, PVC yang lentur digunakan untuk kantong penyimpan darah, selang transfusi, hemodialisis, pipa endotrakea, infuse set, serta kemasan obat. Ester asam ftalat, terutama di-(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP), merupakan pelentur yang paling disukai di bidang kedokteran. Karena zat aditif ini tidak berikatan kovalen dengan polimerm ada kemungkinan memisah dari matriks. Lepasnya DEHP dari kantong PVC ke dalam larutan sudah bertahun-tahun menimbulkan kekhawatiran. Toksisitas DEHP dan PVC telah mencetuskan pertanyaan serius mengapa produk ini masih digunakan. Pemisahan DEHP dari PVC disebut leaching. Leaching terjadi bila beberapa obat seperti paclitaxel atau tamoxifen diberikan dalam kantong PVC.
Kekhawatiran lain dari penggunaan kantong PVC adalah penyerapan atau “hilang”nya obat dari kantong PVC:
1. Kowaluk dkk. memeriksa interaksi antara 46 obat suntik dengan kantong infus Viaflex (PVC). Kajian memperlihatkan bahwa derajat penyerapan obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat.
2. Migrasi obat ke dalam kantong plastik bisa mengarah ke penurunan kadar obat di bawah kadar terapi dari insulin, vit A, asetat, diazepam dan nitrogliserin.
Reaksi Maillard. Walaupun bukan merupakan interaksi obat-obat, masalah ini perlu dikemukakan. Reaksi Maillard adalah reaksi kimia antara asam amino dengan gula pereduksi. Biasanya reaksi memerlukan panas. Seperti halnya karamelisasi, ini merupakan bentuk diskolorasi coklat yang bersifat non-enzimatik. Gugus karbonil yang reaktif dari gula bereaksi dengan gugus amino nukleofilik dari asam amino, untuk membentuk berbagai molekul yang menimbulkan berbagai warna dan aroma. Reaksi Maillard terjadi bila asam amino dan glukosa dikandung dalam satu wadah. Karena asam amino dan glukosa intravena perlu diberikan sekaligus, suatu pendekatan yang pintar adalah menghasilkan kantong dengan dua kamar di mana glukosa dan asam amino dipisah. Asam amino dan glukosa dicampur dulu sebelum diberikan ke pasien.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
1.     interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase farmasetis, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan mekanisme obat yang telah diminum akan hancur dan obat terdisolusi (merupakan fase farmasetis), kemudian obat tersebut di absorpsi, transport, distribusi, metabolism dan ekresi oleh tubuh (merupakan fase farmakokinetik), setelah melewati fase farmakokinetik maka obat tersebut dapat direspon secara fisiologis dan psikologis (merupakan fase farmakodinamik)
2.    Efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan GI (gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada pengecapan, turunnya nafsu makan,  mulut kering atau inflamasi/ luka pada mulut dan saluran pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan diare. Efek samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si pasien. Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu dampak signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi.
3.      Interaksi obat- mikronutrien meliputi Inkompatibilitas obat IV, Kekurangan-kekurangan PVC (polivinilklorida), Reaksi Maillard
3.2Saran
Untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan maka sebaiknya
*     Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan dengan dokter yang meresepkan atau apoteker
*      Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan pakai yang disarankan
*     Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih
*      Jangan campur obat dengan makanan atau membuka kapsul kecuali atas petunjuk dokter
*  Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya jangan diminum bersamaan dengan obat karna terdapat beberapa jenis vitamin dan mineral tertentu yang dapat berinteraksi dengan obat
*      Jangan pernah minum obat bersamaan dengan minuman yang mengandung alcohol
Sebelum mengkonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter atau apoteker untuk mengetahui aturan pakai yang tepat. Dan juga saat konsultasi dengan dokter, beritahukan semua obat atau vitamin yang sedang dikonsumsi saat ini untuk mencegah terjadinya interaksi.

DAFTAR PUSTAKA
http://hendrahadi.wordpress.com
     Center for Drug Evaluation and Research (CDER). In Vivo Drug Metabolism/Drug Interaction Studies – Study Design, Data Analysis, and Recommendations for Dosing and Labeling. 1999
     Larry K. Fry and Lewis D. Stegink Formation of Maillard Reaction Products in Parenteral Alimentation Solutions J. Nutr. 1982 112: 1631-1637
       Stadler RH, Blank I, Varga N, Robert F, Hau J, Guy PA, Robert MC, Riediker S. Acrylamide from Maillard reaction products. Nature. 2002 Oct 3;419(6906):449-50.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Obat yang Menyebabkan Kelainan mikronutrien

↓ Kalsium
aminoglycosides, bisphosphonates, corticosteroids, H2 receptor antagonists, loop diuretics ; amphotericin B, antacids, carbamazepine, cholestyramine, cisplatin, colchicines, digoxin, doxycycline, ethosuximide, foscarnet, Mg oxide/sulfate, minocycline, oxcarbazepine, oxytetracycline, pentamidine, phenobarbital, phenytoin, primidone, Na phosphate, sucralfate, zelodronic acid, zonisamide

↑ Kalsium
antiestrogens, estrogens, thiazide diuretics ; aluminium intoxication, aminoiphylline, Ca carbonate, lithium

↓Magnesium
aminoglycosides, corticosteroids, estrogens, loop diuretics, oral contraceptives, tetracyclines,thiazide diuretics; amphotericin B, cholestyramine, cisplatin, cyclosporine, digoxin, foscarnet, hydralazine, methsuximide, pamidronate, penicillamine, raloxifene, Na phosphate, tacrolimus, zoledronic acid

↑Magnesium
Usually associated with intake > 6g/day, Mg-containing antacids/enemas

↓ Fosfor
Thiazide diuretics; alendronate, antacids (Al & Mg-containing), cholestyramine, digoxin, foscarnet, Mg oxide/sulfate, ,pamidronate, sucralfate, theophylline, zoledronic acid

↑ Fosfor
Etidronate, foscarnet, Na phosphate laxatives & enema

↓Kalium
Aminoglycosides, loop diuretics, penicillins, salicylates, thiazide diuretics, acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, cisplatin, colchicine, cyclosporine, enoxacin, foscarnet, hydralazine, levodopa, mannitol, pamidronate, Na bicarbonate & phosphates

↑ Kalium
ACE inhibitors, angiotensin, receptor blockers, beta-adrenergic blochers, NSAIDs, Kalium sparing diuretics ; cyclosporine, heparin, hypertonic solutions, lithium, pentamidine, succinylcholine

↓ Natrium
Aminoglicosides, loop diuretics, Kalium sparing diuretics, thiazide diuretics, salicylates ; acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, captopril, colchicine, foscarnet

↑ Natrium
Hypertonic IV solution, mannitol, Na penicillin G, Na phosphate laxative & enemas

↓ Zink
ACE inhibitors, corticosteroids, diuretics, estrogens, oral contraceptives, H2 receptor antagonists, reverse transcriptase inhibitors ; cholestyramine, ethambutol, hydralazine, penicillamine

↓ Klorida
Thiazide diuretics, loop diuretics

↑ Klorida
Spironolactone, triamterene

Tabel 1: contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan interaksi obat

No
Nama obat
Mekanisme solusi
Aturan minum
1
Carbamazepin
Meningkatkan produksi empedu, meningkatkan disolusi & absorbsi.

Diminum bersama
makanan

2
Diazepam

Meningkatkan enterohepatik, disolusi
sekunder pada sekresi asam
lambung.

Tidak ada

3
Erythromycin
Tidak diketahui

Diminum saat
makan

4
Griseofulvin

Obat mudah larut dalam lemak,
meningkatkan absorbsi.

Diberikan dengan
makanan tinggi lemak
atau disuspensi
minyak jagung rendah
kontraindikasi.

5
Hydrochlorothiazid
(HCT)

Menunda pengosongan lambung,
meningkatkan absorbsi usus halus.

Diberikan bersama
makanan.

6

Phenytoin
Menunda pengosongan lambung,
Meningkatkan produksi empedu,
meningkatkan disolusi & absorbsi.

Diberikan pada saat
makan pagi, siang
dan malam.

tabel 2: contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbs obat

 No
Nama obat
Mekanisme solusi
Aturan minum
1
Acetaminophen
Terutama makanan mengandung pektin
bersifat absorben dan pelindung.

Diminum saat perut
koson
g
2
Ampicillin

Mengurangi volume cairan lambung.
Diminum dengan air
3
Amoxicillin

Mengurangi volume cairan lambung.

Diminum dengan air

4
Acetosal
Mengubah pH lambung.

Diminum saat perut
kosong

5
Captopril
Tidak diketahui (ACE inhibitor).

Diminum sebelum makan

6
Digoxin

Obat terikat makanan tinggi serat
Diminum saat makan


Table 3:

No
Nama obat
Mekanisme solusi
Keterangan
1
Isoniazid (INH)
Makanan akan meningkatkan pH lam-
bung mencegah disolusi & absorbsi.

Diminum saat perut kosong
pagi sebelum makan

2
Lincomycin
Tidak diketahui.
Diminum saat perut kosong,
karena makanan
menghambat absorbsi
Menghindari pemberian
bersama makanan yang
mengandung protein
tinggi.

 
3
Methyldopa

Absorbsi kompetitif.
Menghindari pemberian
bersama makanan kaya
besi atau suplemen.

4
Penicillamine

Dapat membentuk khelat dengan
kalsium atau besi.

Diminum saat perut
kosong

5
Penicillin G

Menunda pengosongan lambung;
degradasi asam lambung; menghambat
disolusi.

Diminum 1 jam sebelum
atau 2 jam setelah makan

6
Tetracycline
lemak.

Berikatan dengan garam besi atau ion
kalsium membentuk senyawa khelat
yang tidak larut.

tidak boleh diminum bersama
susu


tabel 4: beberapa interaksi penting antara obat dan makanan

No
Nama obat
Tipe nutrien
Efek dari interaksi
Rekomendasi
1
Azithromycin
(Zithromax)

Makanan

Absorbsi Azithromycin berkurang, ketersediaan hayatinya berkurang
43%, konsentrasi maksimal 52%.

berselang 2 jam
Diminum saat perut
kosong / konsisten
pada saat yang sama
setiap hari
Obat dan makanan

2
Captopril
(Capoten)

Makanan

Absorbsi Captopril berkurang.

3
Erythromycin

Makanan

Absorbsi Erythromycin base atau
Obat dan makanan

Tabel 5: beberapa obat yang diminum bersama makanan

Asam nalidiksat
Carbamazepin
Ethambutol
Indometacin 
Metformin
Nitrofurantoin

Pivampicillin

Teofilin dan turunannya
Asam nikotinat & turunannya 
Cinnarizin
Garam kalium 
Garam besi (Fe)
Metoprolol
Oxyphenbutazone

Propranolol
Tolbutamid
Asetosal
Cotrimoxazole
Glibenclamide
Isoxsuprin
Metronidazol
Phenylbutazone

Reserpin

Triamteren
Allopurinol
Doxycyclin
Gliclazide
Levodopa
Minocyclin
Pankreatin
Riboflavin
Na-valproat

Amiodaron
Na-diklofenak
Ibuprofen 

Naproxen
Phenytoin-Na

Spironolakton


Tabel 6:  Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis

No
obat
Interaksi
Akibat klinis yang mungkin
1
Tetrasiklin

Penurunan ketersediaanhayati dengan susu dan produk susu

Gagal terapi

2
Siprofloksasin

Penurunan ketersediaanhayati dengan susu dan produk susu

Gagal terapi

3
Azitromisin

Penurunan ketersediaanhayati dg makanan

Gagal terapi

4
Itrakonazol

Penurunan ketersediaanhayati dg makanan

Mungkin Gagal terapi

5
Penisilamin

Penurunan ketersediaanhayati dg makanan

Gagal terapi

6
Didanosin

Makanan mengurangi ketersediaanhayati

Gagal terapi

7
Indinavir

Makanan mengurangi ketersediaanhayati

Gagal terapi

8
Saquinavir

Garlic (allicin) mengurangi ketersediaanhayati

Aktivitas antiviral berkurang

9
Atiovaquone

Makanan meningkatkan ketersediaanhayati

Khasiat bertambah bila bersama makan

10
Lovodopa

Protein mengurangi transpor ke otak

Menurunkan khasiat

11
Teofilin

Makanan lemak meningkatkan penyerapan

Kemungkinan toksisitas

12
Warfarin
Makanan kaya Vitamin K melawan efek antikoagulans

menurunkan efek antikoagulasi

13
Siklosporin

Makanan dan sari grapefruit meningkatkan kadar plasma

mungkin toksisitas

14
Alendronate

Makanan mengurangi ketersediaanhayati

Gagal terapi
Penghambat MAO
Meningkatkan kadar tiramin
Krisis hipertensi

15
Terfanadin

Sari Grapefruit meningkatkan ketersediaanhayati

Kadar plasma bertahan lebih lama

16
Felodipin

Makanan meningkatkan ketersediaanhayati

Efek samping lebih besar

17
Diuretik

Makanan mengurangi ketersediaanhayati

Gagal terapi

18
Spironolakton

Makanan mengurangi ketersediaanhayati

Khasiat bertambah bila bersama makan

19
Propranolol

Makanan menambah ketersediaanhayati

Efek samping bertambah










 
 

Komentar

  1. mngkin lebih baik jika ditmpilkan sumber atau referensi dri materi yang dibuat. terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. baik mbk, terimakasih untuk sarannya, kedepan semoga jika saya akn upload akan saya sertakan sumbernya.

      Hapus

Posting Komentar

post populer

GASTRO ESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD) PADA ANAK

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Dietetika Penyakit Infeksi dan Defisiensi BAB I PENDAHULUAN A.     L atar Belakang Masalah Refluks gastroesophageal adalah fenomena fisiologis normal dialami sesekali oleh kebanyakan orang, terutama setelah makan. Gastroesophageal reflux disease (GERD) terjadi ketika jumlah asam lambung yang refluks ke kerongkongan melebihi batas normal, menyebabkan gejala dengan atau tanpa cedera mukosa esofagus yang terkait (yaitu, esofagitis). Suatu penelitian yang dilakukan oleh Richter dan Organisasi Gallup memperkirakan bahwa Survei Nasional 25-40% orang Amerika dewasa yang sehat mengalami gejala GERD, paling sering dimanifestasikan secara klinis oleh pyrosis (mulas), setidaknya sebulan sekali. Selanjutnya, sekitar 7-10% dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat mengalami gejala tersebut pada setiap hari. B.      Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas , maka kami merumuskan masalah yang ada s

Asupan Inhibitor Absorbsi Zat besi

          Zat inhibitor besi adalah zat dalam bahan makanan yang dapat menghambat absorbsi besi (DeMaeyer, 1995). Absorbsi zat besi dapat dihambat oleh tingginya derajat sejumlah faktor pengkelat zat besi termasuk asam karbonat, asam oksalat, fosfat dan fitat. Faktor serat dalam sayuran dapat menghambat absorbsi zat besi (Kasdan, 2000).           Penyebab utama kekurangan zat besi adalah gangguan penyerapan zat besi non-hem karena adanya faktor inhibitor seperti asam fitat atau senyawa polifenol yang banyak terdapat dalam makanan nabati, buah-buahan, sayuran, rempah-rempah, kacang-kacangan, sereal dan yang paling tinggi terdapat   dalam teh, kopi, anggur merah, kakao dan berbagai macam teh herbal (Hurrell, 1999).       Fitat, asam oksalat, tanin bahkan fosfat yang ada dalam berbagai bahan makanan nabati cenderung membentuk endapan zat besi yang tidak larut yang menyebabkan zat besi tersebut tidak dapat diserap. Fitat yang terdapat dalam biji-bijian ( grain ), tanin yang a